Pelantikan 2014

0 komentar Rabu, 05 November 2014 di 05.20 - Edit entry?

Kelompok Ilmiah Remaja

0 komentar Jumat, 04 Juli 2014 di 23.29 - Edit entry?
Sejarah Kelompok Ilmiah Remaja ( KIR)
Youth Science Club (disingkat YSC) awalnya dibentuk bagi remaja yang berusia 12-18 tahun oleh UNESCO pada tahun 1963, tetapi pada tahun 1970 batasan usia tersebut diubah menjadi 12-21 tahun. Di Indonesia, Youth Science Club dikenal dengan nama Kelompok Ilmiah Remaja yang terbentuk atas inisiatif remaja Indonesia itu sendiri. Pembentukannya diawali pada tahun 1969 saat koran Harian Berita Yudha membentuk Remaja Yudha Club (RYC). Selanjutnya, setelah difasilitasi oleh LIPI dan mengalami perkembangan, maka Remaja Yudha Club berubah menjadi Kelompok Ilmiah Remaja. Istilah ini masih digunakan hingga saat ini, dan masih aktif dilaksanakan di berbagai sekolah di seluruh Indonesia.

Tujuan 
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan sikap ilmiah, kejujuran dalam gejala alam yang ditemui dalam dengan kepekaan yang tinggi berdasarkan metode yang sistematis, objektif, rasional, dan berprosedur. Sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan kompetensi pengembangan diri dalam kehidupan.

Manfaat
Kelompok Ilmiah Remaja yang dikembangkan di sekolah mempunyai beberapa manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:  
   

Manfaat bagi siswa :
  • Membangkitkan rasa keingintahuan terhadap fenomena alam yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir terhadap fenomena-fenomena alam.
  • Meningkatkan kreativitas yang menumbuhkan kemampuan berkreasi dan daya kritis.
  • Menambah wawasan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Meningkatkan keterampilan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Meningkatkan minat membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi.
  • Memperluas wawasan dan kemampuan komunikasi melalui pengalaman diskusi, debat, dan presentasi ilmiah.
  • Memperkenalkan cara-cara berorganisasi secara formal.
  • Sebagai wahana untuk menempa kedewasaan sikap dan kepribadian.
  • Mengenal sifat-sifat ilmiah, jujur, optimis, terbuka, percaya diri, toleransi, kreatif, kritis, dan skeptis.
  • Sebagai ajang uji coba prestasi dan prestise.
  • Membuka kesempatan untuk mendapat prioritas melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas.  
Manfaat bagi Guru
  • Menambah wawasan ilmu pengetahuan secara luas.
  • Menambah pengetahuan dalam menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
  • Meningkatkan minat membaca dan rasa keingintahuan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Mengenal perkembangan sikap dan kepribadian siswa lebih mendalam.
  • Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.
Manfaat bagi Sekolah
  • Memberikan nilai tambah dan keunggulan kompetitif bagi sekolah.
  • Meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah.
  • Memeperluas hubungan kerjasama dengan instansi lainnya.
  • Meningkatkan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif dalam belajar.
  • Menambah fungsi sekolah sebagai tempat pengembangan riset atau penelitian.
 



  

LIPI Ingin Memberi Citra Baik untuk Profesi Peneliti

0 komentar Minggu, 06 Oktober 2013 di 07.22 - Edit entry?
(Jakarta, 24 Mei 2013 – Humas LIPI). Lima pelajar terbaik Indonesia berlaga di ajang Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) 2013 di Arizona, Amerika Serikat pada 15-17 Mei 2013 lalu .

Kelima pelajar tersebut adalah Jovita Nathania, Maria Christina Yolenta Lestari, Rosinta Handinata dari SMA Tarsisius 1 Jakarta, Hani Devinta Sari dari SMA Negeri 63 Jakarta, dan Muhammad Imadudin Siddiq, pelajar SMAIT Insantama, Bogor. Mereka adalah para juara kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI tahun 2012 lalu.

Dalam ajang yang diikuti 1.500 ilmuwan muda seluruh dunia yang bersaing memperebutkan hadiah senilai lebih dari US$ 3 juta ini, Indonesia menorehkan prestasi melalui karya permainan kartu yang berisikan aneka informasi mengenai terumbu karang karya dari Jovita, Maria, dan Rosinta.

Mereka mengadopsi permainan kartu uno yang banyak digemari anak-anak agar edukasi peran penting terumbu karang menjadi mudah dan menyenangkan. Kategori Special Award Organization dengan hadiah senilai US$ 1.000 dariConsortium for Ocean Leadership, sebuah lembaga non profit di Washington DC, yang menaungi 102 institusi riset kelautan di Amerika Serikat berhasil diraih.

Karya ilmiah lain yang juga dipamerkan adalah Magic Test Paper: Pemanfaatan Ekstrak Bunga Telang untuk Uji Formalin Makanan karya Hani Devita Sari dan Limbah Cangkang Telur sebagai Anti Semut untuk Plastik Wadah Makanan karya Muhammad Imadudin Siddiq.

Redaksi LIPI News berkesempatan mewawancarai Dr. Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono, Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek LIPI yang juga Ketua Delegasi Indonesia pada ajang yang telah berlangsung sejak tahun 1950 ini. Berikut petikan wawancaranya

Ini adalah kali ketiga pelajar Indonesia mendapat penghargaan di ajang Intel ISEF. Sebetulnya apa hal yang ingin dicapai dari keikutsertaan di ajang ini?
Penghargaan tadi bukan tujuan, namun langkah kecil dalam program jangka panjang untuk menanamkan minat menjadi peneliti. Mereka yang kemarin ke Arizona menjadi terbuka wawasannya, mempunyai banyak teman, dan menjadi spesial di masyarakat. Dengan begitu tertanam attitude untuk menjadi peneliti dan terus melakukan penelitian.

Mengapa attitude tadi begitu penting?
LIPI ingin label peneliti melekat dan itu membuat pola pikir mereka lebih maju. Kalaupun mereka tidak bekerja sebagai peneliti , kebiasaan meneliti itu akan menjadi nilai tambah bagi karir mereka.

Apakah ini terkait dengan program jangka panjang LIPI untuk menarik minat generasi muda Indonesia menjadi peneliti?
LIPI ingin memberi citra baik untuk profesi peneliti. Jumlah peneliti yang ideal per 1 juta penduduk adalah 300 sampai 400 peneliti, sementara di Indonesia tidak sampai jumlah 30 peneliti. Belarusia dengan penduduk hanya 10 juta jiwa saja punya 36 ribu peneliti.

Bila dibandingkan keikutsertaan tahun lalu apakah ada perbedaan?
Tahun ke tahun situasi dan faktanya berbeda. Tujuan mengikuti ajang ini bukan berapa kemenangan yang didapat namun dampaknya. Menanamkan sifat kepedulian yang menjadi attitude peneliti.

Kelima pelajar yang ke Arizona ini adalah pemenang kompetisi LKIR yang diadakan LIPI. Apakah ada rekomendasi pelaksanaan LKIR selanjutnya agar bagi mereka yang dikirim ke ajang Intel ISEF ini dapat unjuk gigi dengan maksimal ?
Intel ISEF adalah kompetisi ilmiah yang pesertanya dari ajang kompetisi ilmiah yang terafiliasi dengan Intel. Di Indonesia hanya LKIR dari LIPI. Kelemahan pelajar kita adalah pemalu. Sangat berbeda dengan pelajar-pelajar dari Amerika misalnya. Mereka pemberani. Ini karena faktor sistem pendidikan. Disana guru memandang murid sebagai partner.
Kita akan melakukan perubahan penjadwalan. Jadi sebelum bulan September sudah ada pembinaan finalis sehingga mereka yang menang adalah yang sudah siap. Kita bukan mencari yang paling pintar namun yang paling siap untuk jadi peneliti.

Bagaimana pembinaan kedepan untuk mereka juga para pemenang kompetisi ilmiah LIPI lainnya?
Untuk pembinaan sebelum keberangkatan kemarin kita memilih mentor-mentor yang memang care pada anak-anak. Kita juga terus menjalin komunikasi intensif dengan pememang tahun kemarin. Seperti Muhammad Luthfi Nurfakhri dari SMAN 1 Bogor yang tahun kemarin memenangkan peringkat ketiga kategori teknik dan mendapatkan penghargaan sebesar US$ 1.000 untuk proyek Digital Leaf Color Chart. Dia bahkan menawarkan diri untuk membantu membimbing. Saat ini dirinya sudah diterima untuk melanjutkan studi di Australia namun belum ada beasiswa. Kami sudah mengajukan permohonan kepada Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan dijanjikan akan dibantu. Kita juga akan undang mereka di Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional pada bulan Juni sampai Juli besok di Boyolali. Hasil-hasil penelitian yang kemarin dipamerkan juga dilirik oleh beberapa perusahaan untuk diproduksi massal. Kalau mereka ingin mengajukan paten untuk hasil peneltiannya kita akan bantu.
» Sumber : Humas LIPI
http://u.lipi.go.id/1369382528

Ku Tunggu Karyamu

0 komentar Sabtu, 13 Juli 2013 di 23.24 - Edit entry?

TATA CARA PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

0 komentar di 23.21 - Edit entry?



1. PEDOMAN UMUM
a. Artikel ilmiah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan kerapatan 1,5
spasi.
b. Menggunakan kertas A4 dengan margin tepi kiri 4 cm, dan tepi kanan, atas dan
bawah masing-masing 3 cm.
c. Pengetikan menggunakan huruf times new roman dengan font 12 pada program
software MS Word.
d. Panjang naskah tidak lebih dari 8 halaman termasuk tabel, gambar, dan
lampiran.
e. Penomoran halaman dimulai dari halaman judul dengan huruf arab di sebelah
tengah bawah dan seterusnya .
f. Penulisan nomor tabel berdasarkan nomor urut ( tabel 1, tabel 2 dst...)
g. Artikel ilmiah disahkan oleh Pembimbing I dan II.
2. ISI NASKAH
Adapun tata cara penulisan artikel ilmiah sebagai berikut :
3. PEDOMAN UMUM

FORMAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

0 komentar di 23.17 - Edit entry?
FORMAT PENULISAN
a. Usul Penelitian dibuat dengan ukuran kuarto (A4) atau F4
b. Sampul Usul Penelitian
c. Pengetikan Usul Penelitian harus menggunakan komputer dengan
ketentuan jenis huruf Time New Roman , dengan ukuran huruf 12.Font. Penulisan
nama latin dan nama asing dengan menggunakan huruf italic (cetak miring).
Contoh: Salmonella th yposa, Correlation Product Momen t.

''Bemance’' seni beladiri tradisional dari Bulungan.

0 komentar Selasa, 05 Maret 2013 di 04.14 - Edit entry?

Orang Bulungan memiliki khazanah budaya yang sangat kaya, diantaranya adalah seni budaya masyarakat yang disebut “Bemance” atau Bemancek, semacam seni bela diri atau olah raga asal Bulungan. Bemance’ sendiri justru penulis kenal dari buku yang berjudul “Permainan Tradisional Anak-Anak Kalimantan Timur”, koleksi Perpustakaan Daerah kal-sel saat penulis masih bersetatus mahasiswa di kota Banjarmasin. Sayangnya, karena suatu hal penulis tidak sempat membuat salinannya. Saya akan menulis apa saja yang saya ingat dari buku tersebut.

Bemance’ atau Mance’ dalam kamus yang ditulis oleh Datu Buyung Perkasa, bermakna “Tari Silat”, Bemance sendiri dikategorikan sebagai seni bela diri dan olah raga khas Bulungan. Dimasa lalu Bemance’ sangat digemari oleh anak-anak muda, khususnya lelaki suku Bulungan.

Seni beladiri ini diperkirakan telah lama berkembang di Bulungan, puncaknya pada abad ke-19. Dimasa Ali Kahar yang bergelar Sultan Kaharuddin II (1875-